Pulau seribu pesona, seribu daya tarik, di Kepulauan Seribu yang tersirat akan keindahan pulaunya yang mempesona. Rasanya rugi sekali bila penduduk Jakarta atau sekitarnya tidak berkunjung ke pulau semanis itu. Penduduknya yang masih penuh dengan rasa damai, Pulau Tidung sendiri berasal dari kata Tidung, yang artinya tempat berlindung, karena pulau ini sering dijadikan sebagai tempat untuk berlindung dari bajak laut atau perompak.
Pulau hunian penduduk ini memiliki luas sekitar 109 ha dengan populasi sekitar 5.000 jiwa. Pulau Tidung menjadi pusat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, terhampar membujur panjang dari Barat ke Timur dan menjadi 2 bagian (Tidung Besar dan Tidung kecil) yang dihubungi oleh “Jembatan Cinta”. Jembatan ini paling banyak didatangi wisatawan. Jembatan yang panjangnya sekitar 2,5 km ini terkesan eksotik dan menawan. Apalagi pada saat “sunrise” & “sunset” tiba, Para wisatawan berlomba menuju jembatan untuk menikmati keindahannya atau berfoto-foto untuk diabadikan sabagai kenangan.
Dan juga banyak sekali juga penyewaan sepeda yang masih bertebaran di pulau ini, sehingga para wisatawan dapat dengan bebasnya mengelilingi pulau ini, tanpa khawatir akan polusi dan kemacetan. Keasrian pulau inijuga terlihat dari terumbu karangnya yang masih terlindungi dengan baik. Sehingga banyak wilayah tempat snokling atau diving disekitar pulau.
CERITA PERJALANAN
Setelah melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL), mahasiswa tingkat III Prodi D3 Keperawatan STIKES PHI mendapat kesempatan untuk sedikit melepas kepenatan dengan mengadakan rekreasi. Tujuan rekreasi mahasiswa tahun ini adalah salah satu pulau di wilayah Kepulauan Seribu yaitu Pulau Tidung.
Bis Angkatan Udara
Perjalanan diawali dengan berkumpul di Kampus STIKES PHI Jatiwaringin, seluruh peserta yang ikut ada 185 orang, yang terdiri dari 150 Mahasiswa Keperawatan Tingkat III dan 35 orang Staf/Dosen. Hari Minggu 3 Juni 2012 sekitar Pukul 08.00 seluruh peserta berangkat menuju Pelabuhan Muara Angke dengan menggunakan 3 Bis Kampus dan 2 Bis bantuan Angkatan Udara.
Kapal Kayu
Tiba di Pelabuhan Muara Angke disambut Kapal Kayu dua lantai yang memang digunakan untuk penyeberangan ke Pulau Tidung. Bila berangkat sendiri akan dikenakan biaya perjalanan pulang pergi Rp. 66.000,- per orang. Laut biru terbentang sangat teduh dan tenang sekali. Baru sekitar 1 jam perjalanan kapal, terlihat kawanan Lumba-lumba yang seolah menyambut kedatangan peserta ke Pulau Tidung.
Penginapan Rumah Penduduk
Tidak ada Hotel di Pulau Tidung, yang ada adalah Rumah-rumah penduduk yang berubah fungsi menjadi penginapan untuk para wisatawan. Makanan disini juga seadanya, jangan harap ketemu Fast Food atau Supermarket, hampir semua bahan makanan ke pulau ini disuplai dari Jakarta dan daerah lain. Mungkin yang agak murah disini adalah makanan laut seperti ikan, cumi dan udang, namun itu pun tergantung dengan musim.
Bentor, Sepeda, Berenang, Snorkling, Memancing, Banana Boat, Jetski
Jalanan di Pulau Tidung hanya sebesar Gang, tidak ada mobil disini, yang ada adalah motor dan bentor. Bentor kependekan dari Becak-Motor, adalah motor yang dimodifikasi dengan tempat duduk seperti becak. Dan yang paling banyak adalah sepeda, banyak sekali tempat penyewaan sepeda di sini. Hanya dengan Rp. 15.000,- kita bisa menyewa sepeda sampai besok harinya. Tidak perlu takut kehilangan sepeda, parkir atau tergeletak di mana saja tidak akan ada yang mau mencuri sepeda di sini. Coba kalau di Jakarta, meleng sedikit saja sudah pasti ilang tuh sepeda.
Hampir setiap sisi pulau ini adalah pantai yang bisa jadi tempat untuk berenang. Kita juga bisa menyewa perlengkapan untuk snorkling untuk melihat keindahan terumbu karang dan ikan-ikan kecil, kalau mau lebih indah lagi kita bisa menyewa perahu untuk mengantar ke titik-titik wilayah snorkling yang lebih indah di pulau-pulau kecil di sekitar. Memancing juga mudah sekali di sini, ikan-ikannya bisa kelihatan dari permukaan sehingga mudah sekali untuk dipancing. Berbagai permainan air juga tersedia di sini, ada Banana Boat dan Jetski, asal siap-siap saja baju ganti karena sudah pasti akan nyebur…
Jembatan Cinta
Indah sekali melaihat-lihat pemandangan dari Jembatan Cinta, cocok sekali untuk jalan pagi dan sore sambil menunggu sunrise dan sunset, apalagi untuk pasangan yang sedang dimabuk cinta J. Kita juga bisa melihat karang dan ikan laut beraneka warna, namun harus hati-hati karena jembatan ini sudah banyak rusak dan bolong di beberapa bagiannya.
Acara dan Api Unggun
Sore hingga malam harinya seluruh peserta berkumpul di lapangan terbuka tidak jauh dari Jembatan Cinta. Berbagai permainan dan pertandingan dilakukan di sini, yang paling seru adalah pertandingan tarik tambang antara staf/dosen dan mahasiswa. Staf/dosen terpaksa harus mengakui kekuatan para mahasiswa pada babak awal, namun staf/dosen kemudian berhasil membalas kekalahan pada babak berikutnya. Acara juga diisi dengan yel-yel, nyanyi persembahan, renungan, dan diakhiri dengan tukar kado dan bakar jagung. Wajah-wajah sedih juga tampak dari para mahasiswa mengingat setelah ini mereka akan menghadapi Ujian Akhir Program dan Wisuda, bahwa mereka selanjutnya akan mengarungi hidup masing-masing memasuki dunia kerja.
Diingatkan Gelombang
Pada perjalanan pulang hari Senin sekitar pukul 12.00, kapal kembali mengantar pulang seluruh peserta menuju Muara Angke. Pada awalnya laut sangat bersahabat, namun di tengah perjalanan kapal sedikit terombang-ambing oleh gelombang. Cukup banyak peserta yang mabuk laut hingga terpaksa memuntahkan santapan siangnya. Menurut keterangan awak kapal bahwa memang padaperjalanan siang dan sore hari,laut sering menjadi kurang bersahabat. Gelombang laut ini kemungkin juga disebabkan oleh efek Supermoon yang terjadi pada malam harinya. Namun ada hikmah dibalik semua itu, bahwa kita diingat akan kebesaran Allah yang berkuasa atas langit dan bumi. Bahwa hanya atas ijin-Nya lah seluruh kehidupan di dunia ini, sehingga kita sebagai manusia wajib bersyukur dan memanfaatkan kehidupan ini sebaik-baiknya.